Ia sempat terjerembab ke dasar ngarai kegagalan, tapi semangatnya tak pernah padam.
Dream - Berparas cantik, murah senyum serta berjiwa sosial tinggi membuat wanita asal Surabaya ini dicintai banyak orang khususnya kaum marjinal.
Mulai dari anak-anak jalanan hingga wanita pekerja seks komersil (PSK) tak sungkan dirangkulnya. Dia adalah Lusia Efriani Kiroyan, petani arang tempurung kelapa dan pembina Usaha Kecil Menengah (UKM).
Sosoknya begitu menginspirasi. Berkat kegigihan dan keuletannya, arang tempurung kelapa bisa ia ubah menjadi 'emas hitam'.
Hebatnya, wanita yang menjadi mualaf sejak 2003 ini terjun langsung membersihkan tempurung kelapa. Mulai dari serabut-serabutnya untuk kemudian dijadikan arang.
"Jangan malu untuk memulai sesuatu dari bawah," ujar Lusia saat berbincang denganDream.co.id di sela memberikan bimbingan kepada para tahanan wanita di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis 4 Desember 2014.
"Jangan malu untuk memulai sesuatu dari bawah," ujar Lusia saat berbincang denganDream.co.id di sela memberikan bimbingan kepada para tahanan wanita di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Kamis 4 Desember 2014.
Berawal dari emas hitam inilah kehidupan wanita kelahiran Surabaya 1 Agustus 1980 mengalir hingga ke Batam, Kepulauan Riau.
Menyadari bukan berasal dari keluarga berada, Lusi gigih menekuni setiap pekerjaan yang dijalaninya. Kehidupan masa remajanya bisa dibilang penuh dengan perjuangan.
Anak kelima pasangan Maria Susiati dan J.B Max Kiroyan ini, sejak semester pertama kuliah sudah nyambi bekerja paruh waktu sebagai guru sempoa dan bahasa inggris.
Lulus kuliah, Lusi menikah. Suaminya, saat itu mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan elektronik di Batam. Berawal dari sinilah hidupnya bergerak dari Surabaya ke Batam.
Sebagai keluarga muda yang perlu dukungan finansial, Lusi bekerja di rumah sakit ternama di Batam untuk menambah keuangan keluarga. Namun tak seberapa lama ia harus mengundurkan diri karena hamil.
Setelah melahirkan Nailah Parahita Putri Prayogo, dan Muhammad Abstrax Danendra Putra Prayogo, ibu dua anak ini hanya menghabiskan waktunya dengan membuka usaha kecil-kecilan.
Mulai dari wartel, menjadi distributor pulsa, membuka usaha travel dan biro perjalanan, membuka usaha percetakan serta berbagai usaha lainnya. Sayang, semua usaha yang dirintis itu berakhir dengan kegagalan.
"Aku selalu berusaha keras dan menikmati semua pekerjaan walaupun itu gagal. Kita tidak akan bangkit kalau tidak merasakan jatuh, belajarlah dari kegagalan dan bergurulah dari keberhasilan," kata wanita lulusan Sastra Inggris Universitas Airlangga ini.
Dengan bermodalkan sekitar 30 juta rupiah dari koceknya sendiri, Lusi melihat peluang di bisnis tempurung kelapa sangatlah cemerlang.
Arang tempurung kelapa ternyata bisa di ekspor ke berbagai negara dan menjadi komoditas bisnis sangat tinggi di berbagai negara, karena digunakan sebagai bahan industri, farmasi dan lainnya.
Meski prospeknya bagus, namun Lusi mengaku mengalami banyak kendala untuk memproduksi arang tempurung kelapa. Salah satunya, bahan baku tempurung kelapa masih terpencar-pencar di pasar-pasar tradisional.
"Modal awal usaha sendiri, bisnis itu tidak selamanya berjalan mulus. Untuk sekarang ini saja terlalu sulit mencari bahan baku. Bisnisku bisa dibilang belum bisa berkembang besar," ujar wanita lulusan International Visitor Leadership Program (IVLP), California, AS ini.
Saat memulai bisnisnya ini ia juga pernah diminta Bapedal Batam untuk menutup usaha pembuatan arang tempurung kelapa karena asapnya mencemari udara.
Tetapi setelah Lusi menjelaskan usaha arang tempurung kelapa ini melibatkan banyak tenaga kerja dari kalangan orang-orang marjinal, Bapedal mengurungkan niatnya untuk menutup usahanya.
Hingga saat ini Lusi masih memproduksi arang tempurung kelapa untuk mensuplay ke PT.General Carbon Industry yang memiliki kontrak ekspor ke berbagai negara.
Selain arang tempurung kelapa yang memiliki nilai ekonomis tinggi, ternyata pengolahan asapnya juga menghasilkan liquid smoke.
Produk ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan banyak diperlukan di berbagai negara maju sebagai pengannti formalin, pengental karet, sebagai bahan pembunuh hama dan pengganti insektisida. Permintaan liquid smoke, dari Hongkong, Jepang, dan negara maju Asia lainnya.
"Akhirnya ketemu juga solusinya. Produk Liquid Smoke ternyata banyak dibutuhkan di pasar dunia," ujar wanita yang menjadi mualaf pada 2003 silam.
Ke depannya, Lusi memiliki keinginan mensinergikan potensi arang tempurung kelapa yang ada di seluruh propinsi Indonesia.
"Peluang usaha pembuatan arang tempurung kelapa ini berpotensi mengangkat kesejahteraan masyarakat pesisir yang biasanya berada di sentra-sentra penghasil kelapa dan sebagian besar masih miskin."
sumber : http://www.dream.co.id/orbit/kisah-sukses-lusia-ubah-tempurung-kelapa-jadi-emas-hitam-1412041.html
sumber : http://www.dream.co.id/orbit/kisah-sukses-lusia-ubah-tempurung-kelapa-jadi-emas-hitam-1412041.html
0 komentar:
Posting Komentar